Pages

Senin, 20 Mei 2013

Matematika, Ilmu Atau Bukan Ilmu?

SEKILAS TENTANG ILMU
Sebelum dibahas apakah  matematika merupakan ilmu, apakah pendidikan merupakan ilmu dan apakah pendidikan matematika merupakan ilmu,  terlebih dahulu diuraikan pengertian ilmu. Seorang siswa misalnya tidak dapat mengerjakan soal matematika yang diberikan gurunya. Setelah diberi tahu cara mengerjakannya akhirnya siswa tersebut dapat menyelesaikan soal itu bahkan soal yang serupa dengan itu. Sekarang dapat dikatakan bahawa  siswa tersebut sudah mempunyai ilmu tentang soal matematika tadi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu  merupakan pengetahuan yang melekat pada seseorang  sehingga ia dapat mengetahui sesuatu yang sebelumnya ia tidak ketahui.
Menurut Juhaya S. Praja (2005)  ilmu itu adalah pengetahuan. Pada dasarnya pengetahuan mempunyai tiga kriteria, yaitu:
a. Adanya  gagasan atau konsep dalam pikiran;
b. Adanya kesesuaian  antara konsep itu dengan benda-benda sebenarnya;  dan
c. Adanya keyakinan tentang persesuaian itu.
Sebuah contoh sederhana pengetahuan tentang adanya “pensil” . Pada pikiran kita sudah ada konsep tentang alat tulis yang namanya pensil. Konsep pensil dalam pikiran kita sesuai dengan pensil yang memang ada. Kita yakin bahwa pensil memang betul-betul ada.
Cara seseorang  memperoleh ilmu beragam antara lain melalui: mimpi, pengalaman, kekuasaan, percobaan, intuisi, hipotesis, induksi, deduksi, dan metode ilmiah.  Beberapa di antaranya akan diuraikan berikut ini.
Seseorang yang bermimpi  dapat mengambil ilmu dari mimpinya itu, namun tingkat validitasnya sangat rendah kecuali orang-orang tertentu seperti nabi dan rasul yang mimpinya merupakan kebenaran mutlak.
Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman  biasanya telah dialami oleh indra kita, misalanya air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.  Pengetahuan jenis ini juga masih tergolong rendah tingkat validitasnya. Pada contoh di atas air tidak selamanya mengalir dari tempat tinggi ke rendah tetapi air dapat dipaksa mengalir dari tempat rendah ke tinggi dengan memberi tekanan.
Pengetahuan dari kekuasaan atau otoritas adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pihak yang berkuasa atau yang berwenang. Sebagai contoh  seorang dokter memberi obat  kepada pasien. Pasien tidak perlu ragu apakah obat tersebut terbukti secara ilmiah menyembuhkan  penyakitnya atau tidak. Contoh lain, menteri agama mengumumkan bahwa  tanggal 1 Syawal bertepatan tanggal 30 September. Kita tidak ragu untuk mengikuti pendapat pak menteri walaupun ada kemungkinan salah. Jika suatu saat sang dokter terbukti pernah melakukan kesalahan yang mengakibatkan seorang pasien meninggal dunia maka sang dokter tidak lagi dipercaya. Demikian pula  pak menteri tadi tidak akan diikuti  seandainya tidak sedang memegang jabatan. Karena itu pengetahuan yang diperoleh  dari penguasa kurang valid.
Pengetahuan  yang diperoleh  dari metode ilmiah satu-satunya  sumber bengetahuan yang paling valid karena diperoleh berdasarkan langkah-langkah ilmiah. Adapun langkah-langkah ilmiah yang dimaksud diawali adanya rumusan permasalahan, lalu dikumpulkan data yang berkaitan permasalahan tersebut, data tersebut diolah dan dianalisis  lalu dibuat kesimpulan .
APAKAH  MATEMATIKA MERUPAKAN ILMU ATAU BUKAN  ILMU?
Konsep dalam  matematika sangat abstrak. Sebagai contoh konsep lingkaran yang didefinisikan sebagai himpunan  semua titik yang berjarak sama terhadap titik tertentu. Jadi ketika kita berbicara tentang lingkaran maka  gagasan yang terbayang dalam pikiran kita persis sama dengan definisi lingkaran diatas, namun faktanya tidak ada satu benda pun yang persis memenuhi definisi lingkaran. Kita memperagakan lingkaran dengan uang logam atau tutup kaleng sebenarnya itupun bukan lingkaran tetapi hanya menyerupai lingkaran. Jadi konsep lingkaran dengan benda sebenarnya tidak ada kesesuaian.
Berpedoman pada pendapat  Juhaya S. Praja  pada  bagian A di atas  bahwa ilmu itu mempunyai kriteria  antara lain adanya kesesuaian antara konsep dengan benda sebenaranya. Sementara pada matematika  antara konsep dan benda sebenarnya tidak ada kesesuaian. Dengan demikian disimpulkan bahwa matematika bukan merupakan ilmu.
APAKAH PENDIDIKAN MERUPAKAN ILMU?
Pendidikan berasal dari kata dasar “didik” , lalu mendapat awalan me sehingga menjadi “mendidik” yang berarti memelihara dan memberi latihan.
Mengertian pendidikan menurut  Poerbakawatja dan Harahap  dalam buku Muhibbin Syah (2003) adalah usaha sadar  dari orang dewasa untuk meningkatkan anak  ke kedewasaan dalam arti mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya. Orang dewasa yang dimaksud adalah orang tua si anak atau orang yang atas tugas  dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik. Pendidikan dapat juga diartikan sebagai sebuah proses sehingga seseorang dapat memperoleh atau meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.
Kata kunci dari definisi pendidikan yang panjang di atas adalah “meningkatkan”.  Meningkatkan, berarti perubahan dari level rendah ke tinggi, perubahan dari tidak paham ke paham, perubahan mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui.
Merujuk definisi ilmu  pada paragraf pertama bagian A tulisan ini, dapatlah disimpulkan bahwa pendidikan  merupakan ilmu.
APAKAH PENDIDIKAN MATEMATIKA MERUPAKAN ILMU?
Berdasarkan definisi ilmu, matematika, dan pendidikan di atas dapatlah dibuat definisi  pendidikan matematika.  Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai usaha sadar atau terencana dari pendidik  untuk memberi pengalaman atau pemahaman kepada anak didik  tentang obyek-obyek matematika. Obyek matematika antara lain konsep, fakta, dan prinsip.
Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa agar anak didik mengalami peningkatan pemahaman tentang obyek-obyek matematika maka oleh pendidik mutlak membutuhkan suatu ilmu, yaitu ilmu pendidikan matematika. Dengan demikian  pendidikan matematika merupakan ilmu.
DAFTAR PUSTAKA
Kattsoff, Louis O.  2004. Pengantar Filsafat. Alih Bahasa Soejono Soemargono.   Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana Yogya.
Praja S. Juhana.  2005. Aliran-Aliran Filsafat & Etika. Jakarta: Penerbit Prenada Media.
Syah Muhibbin. 2003. Psikologi Pendidikan.Bandung: Penerbit Rosda
***
(Source : Fitriani Nur, Mahasiswa PPs UNM Makassar | Prodi Pendidikan Matematika, 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.